Rabu, 23 Mei 2012

artikel kehidupan malam


Menelusuri Kehidupan Remang Di Jakarta
Jakarta sudah menjelang malam, dimana terlihat jalanan masih begitu ramai dengan kendaraan berlalu lalang di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Tepatnya di pinggir sepanjang jalan raya itu, terlihat begitu banyak motor-motor memasuki kafe remang-remang yang tampaknya dari luar sedikit kumuh karena bangunannya seperti bekas toko bertingkat.
Terlihat sejumlah wanita-wanita dar kalangan remaja hingga yang sudah agak dewasa berada di pinggir sepanjang deretan kafe remang-remang itu. Wanita-wanita yang berpakaian sexi dan berdandan mencolok itu sedang mengobrol dengan beberapa pria, tidak lama kemudian pria-pria hidung belang tersebut masuk ke dalam kafe dengan wanita yang mengbrl bersamanya tadi.
Kemudian tampaklah beberapa motor yang sedang di parkir di depan halaman kafe tersebut, di parkiran itu tidak terlihat satupun mobil yang terparkir karena tempanya yang tidak begitu besar. “kalau ada pengunjung yang membawa mobil, mobilnya ditaro di depan sini saja, aman, ga akan hilang,” ujar salah seorang penjaga berparas seperti orang Ambon.
Suasana kafe remang-remang ini sudah mulai terasa di depan parkiran karena jaraknya sangatlah dekat, suara-suara alunan musik sudah sangat begitu kencang terdengar, dari musik Dangdut remix, house musik, hingga suara orang sedang tertawa kencang. Semua suara tersebut saling beradu kencang satu sama lain.
Minggu (15/04) malam, kafe remang-remang ini terlihat begitu ramai. Dari luar kafe-kafe ini terlihat sangat kecil namun bertingkat dua, tetapi di dalamnya sangatlah luas. Ketika memasuki ke dalam kafenya, terlihatlah banyak orang, ada pria dan wanita yang sedang asyik berjoget mengikuti alunan musik, ada  yang duduk di sofa sambil minum minuman bir dan ditemani wanita, dan ada juga pria-pria yang duduk sekedar minum bir, mengobrol, dan tertawa.
Di sepanjang deretan kafe remang-remang ini ada pula yang tidak menyediakan Pekerja seks komersial (PSK). Kafe yang menyediakan wanita ditandainya dnegan para PSK yg berdiri menarik pelanggan di depan kafenya. Sedangkan kafe yang tidak menyediakan wanita, di depan kafenya hanya ada penjaganya agar tidak ada wanita yang berdiri di depan kafe tersebut.
“Disini kalau kafenya tidak menyediakan wanita biasanya sepi mba,” ujar Ani seorang mucikari atau biasa disebut Mami. Ani yang berasal dari Jember, Jawa Timur mengaku memiliki 8 anak buah atau (PSK) yang berasal dari daerahnya tersebut.
“Dulunya sebelum kafe ini ada, ini bangunan-bangunan kosong yang dulunya bekas Pasar Koja Lama yang dipindahkan oleh pemerintah karena daerah ini utuk Pelabuhan Petikemas. Setelah di pindahkan, bangunan ini sempat di kosongkan begitu saja, lalu di sewakan oleh pemiliknya,” lanjut Ani.
Beberapa dari kafe-kafe ini merupakan pindahan dari Keramat Tunggak, sebelum Keramat Tunggak di bongkar, kafe-kafe ini tidak ada dan masih berupa bangunan kosong yang belum berpenghuni. Setelah Keramat tunggak di bongkar, barulah beberapa mucikari Kramat tunggak menyewa bangunan ini lalu dijadikannya kafe yang buka nya dari pukul 20.00 sesudah Isya sampai sebelum Shubuh. Kafe ini tidak seperti Keramat tunggak yang buka selama 24 jam penuh, pagi, siang, malam.
Kafe remang-remang ini sering di lakukan razia oleh para aparat, tetapi razia yang di lakukan hanyalah razia narkoba. Razia yang dilakukan oleh aparat ini secara sidak atu tiba-tiba. “kafe-kafe disini juga banyak yang dijaga oleh para aparat mba, jadi razianya hanya sekedar razia narkoba saja,” ujar Ani
“Tarif PSK untuk melakukan check in sebesar Rp. 200.000, itu sudah termasuk bayar kamarnya, biasanya juga sih anak buah saya juga dapet uang tip dari tamunya,” imbuhnya seraya beranjak ingin menemui pelanggannya yang baru saja datang.
Menurut salah satu penjaga kafe tersebut, kafe remang-remang disisni juga akan di bongkar oleh pemerintah untuk pelebaran jalan Pelabuhan Petikemas, namun belum tahu pastinya kapan akan di bongkarnya.  Entah akan pindah kemana lagi tempat lokalisasi daerah Jakarta Utara ini jika kafe remang-remang ini benar akan di bongkar.
Malam sudah semakin larut, namun orang-orang yang berada dalam kafe remang-remang ini masih bersenang-senang seolah tidak kehabisan waktunya.